Atmosfir politik traditional kecamatan Soa

Dari Emosional ke Rasional


                            Dalam perkembangan dunia politik masa kini kita dituntut untuk merubah mindset kita sesuai dengan peradaban jaman serta teknologi yang semakin pesat,dalam tulisan saya kali ini,saya coba mendeskripsikan pengertian politik yang saya rasakan di kampung  halaman saya diKecamatan Soa Kab.Ngada,Flores,Propinsi NTT.Perhelatan pesta Demokrasi yang terjadi setiap 5 Tahun didaerah saya kali ini benar benar panas karena tiap Politisi berlomba lomba menjadi Caleg untuk katanya menyambung lidah Rakyat. Kompetitor positif dan negatif terjadi dalam perhelatan politik kali ini.Semua berlomba-lomba menjadi Calon Legislatif,kawan menjadi lawan ,saudara menjadi Rival.penyebaran isu serta janji-janji politik membanjiri pesta demokrasi lima tahunan ini.tidak luput money politik juga ikut serta meramaikan pesta demokrasi di daerah saya ini.tiap-tiap orang menjual ide dan gagasan mereka masing-masing demi dinilai intelektual dan militan oleh masyarakatnya,tapi mereka tidak pernah berpikir kalau apa yang mereka pikirkan sama seperti masyarakat atau rakyat kecil tradisional ini pikirkan.Politik Politik kotor mewarnai Arena pertarungan ini,atmosfer terasa panas,tiap-tiap orang merasa diri mereka layak menjadi keterwakilan aspirasi rakyat dari daerahnya masing-masing.keterbatasan masa menjadi kendala untuk caleg-caleg itu sendiri.sistem emosional digunakan dalam perhelatan Pemilu kali ini,tiap-tiap masyarakat dituntut untuk memilih cara emosional tanpa mengumandangkan sistem yang rasional.pemilihan lebih melihat faktor kedekatan dengan mengenyampingkan kemampuan secara intelektual. politik tradisional ini yang coba Saya bahas dalam tulisan saya kali ini, sebelumnya hampir 10 tahun Kecamatan saya tanpa pemimpin,karena tiap-tiap Caleg merasa diri paling layak untuk mewakili rakyatnya masing-masing, yang mungkin diwakili cuman 10 orang atau 15 orang tetapi mereka berteriak mengatasnamakan rakyat banyak dalam satu Kecamatan.dinamika politik seperti ini sudah banyak terjadi dari masa ke masa sampai pada akhirnya mindset masyarakat berubah,memilih dilihat dari karakter serta militansi caleg itu sendiri sehingga ada di mana kami mendapat Dua Kursi sekalipun dalam perhelatan pemilu tahun 2009.
Foto.salah satu anggota DPRD II Ngada
(Aloysius liu) dari partai HANURA
Yang berasal dari kecamatan Soa

pada tahun 2014 kami mengalami kesenjangan pemimpin,pada tahun 2014 kami mendapat 2 kursi juga, tapi politik kepentingan terjadi dalam era kala itu ,ego wilayah mulai dikumandangkan ,kritikan demi kritikan mulai persebaran, kini 2019 menanti banyak rakyat yang mau dan masih mengumandangkan pemilihan yang berbau emosional. suku menjadi patokan dalam pemilihan legislatif kali ini,sudah cukup kita mengalami kesenjangan pemimpin .saatnya kita mengumandangkan pilihan yang rasional,Buanglah ego wilayah anda ,marilah kita berpikir cerdas demi memajukan daerah kita ini dengan memilih calon pemimpin yang sudah pernah membawa perubahan yang pernah kita rasakan sebagai masyarakat kecil.Perlu saya berteriak kita butuh restorasi karena kita tahu kita sedang minim pemimpin,ini bukan Arena coba-coba.cobalah kumandangkan pemimpin yang lebih berpengalaman dibandingkan dengan semangat pemuda yang mencoba coba mengadu nasib di perhelatan politik kali ini.jauhkan kepentingan pilihan yang dipengaruhi oleh orang orang eksekutif,karena legislatif adalah Mitra eksekutif yang akan menjalankan salah satu fungsinya yaitu fungsi kontrol.dalam hal ini Bupati dan dinas terkait Janganlah mempengaruhi pilihan masyarakat.yang kita harus gunakan adalah sistem demokrasi dari rakyat dan untuk rakyat karena kita memilih untuk mewakili kita sebagai salah satu fungsi control terhadap orang-orang eksekutif.Ubahlah pemikiran kita dari politik tradisional ke politik reformasi yang berdemokrasi.jangan memilih pemimpin karena hubungan secara emosional dengan menyampingkan kemampuan intelektual pribadi orang itu. Pilihlah orang-orang militan yang berani memperjuangkan nasib banyak orang dalam arti bahwa masyarakat kecil,dengan menyampingkan kepentingan dia secara individu maupun golongan-golongan tertentu.



Maaf jika tulisan saya terdapat banyak kesalahan,disini saya tidak mermaksud untuk mengkredibilitaskan siapa siapa tapi lebih ke pengelaman pribadi yang saya rasakan.



Komentar

  1. Tulisannya sangat inspiratif...Mari kita jadikan momentum pileg ini sebagai panggung pergerakan menuju Bonum Commune...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sagi Tinju Adat Ala Masyarakat Soa

Pendidikan,Sosial dan Sexualitas para Remaja